Review Buku Jika Kita tak Pernah Jadi apa-apa


Buku apa yang pernah manteman baca sekali duduk ?

Judul: Jika Kita tak Pernah Jadi apa-apa
Penulis: Alvi Syahrin
Penerbit: Gagas Media
Tebal: 236 hlm.

“Kita mungkin belum jadi apa-apa di dunia ini. Namun, mudah-mudahan di akhirat kelak, kita jadi apa-apa.” -hlm. 229

Buku ini merupakan buku ke dua ka Alvi, yang membahas berbagai permasalahan yang dialami para pejuang khususnya kaum QLC yang suka khawatir tentang masa depannya.

Bukunya sudah lama banget jadi WL ku, eh pas baca kok kayak nggak kerasa tiba-tiba sudah selesai aja. Kalau aku bandingin sama bukunya Insecurity yang sudah aku baca, dari segi layout, dan penyajian penulisannya khas ka Alvi banget, singkat tapi ngena, padat, mudah dipahami, dan kental dengan agama.

Jujur, aku beli buku ini awalnya karena lagi butuh pembahasan tentang ‘salah jurusan’ dan yaps penjelasannya membantu banget, ditambah di bagian ini ka Alvi juga spill kisahnya tentang permasalahn salah jurusan. Intinya adalah bisa jadi ini hanya masalah adaptasi, karena transisi saat SMA dan masa perkuliahan. Karena sudah terlanjur tercebur kedalamnya, nggak ada salahnya untuk memaksimalkan diri di situ dengan mencari apa yang kita sukai, atau jika tidak anggaplah sebagai sebuah tantangan untuk berusaha mencintai apa yang kita tidak sukai.

Karena ilmu yang kita pelajari pasti akan bermanfaat untuk kita di masa depan. Kalau mengutip dalam buku ini “Di masa depan kita nggak tahu mau dan akan jadi apa, jadi kita butuh belajar dan butuh ilmu.” Mungkin bisa jadi saat ini kita menganggap suatu ilmu itu remeh, padahal bisa jadi itulah yang akan membantu karir kita di masa depan, seperti kisahnya ka Alvi.

Oiya, bukunya cocok dibaca kalangan manapun, mau itu yang baru lulus SMA, sedang kuliah, pejuang kerja, ataupun yang sudah bekerja, karena pembahasan yang ditulis itu terstruktur, contohnya pembahasan awal tentang problem yang sering terjadi sama anak-anak SMA ataupun yang sudah lulus, terus ke pertengahan berkaitan dengan problem mahasiswa, dan menjelang akhir bab problem yang terjadi di dunia kerja.

Tapi, di beberapa bab ada yang kurang ngena buat aku, karena mungkin aku sudah melewati fase itu, dan gak terlalu relate sama kehidupanku (Ya iyalah, beda orang beda cerita, dasar aku wkwk) Meski begitu, overall aku suka sama bukunya, karena tetap dapat sesuatu yang baru.

Btw, ka Alvi mau ke Bandung guys tanggal 15 oktober di Gramedia Merdeka, yang lagi di Bandung khususnya para booksta kuy merapat kita ketemuan hihi.

Posting Komentar

0 Komentar