Review Chapter Buku Geliat Islam di Amerika Serikat “Kapan Islam masuk ke AS ?”


 




Judul Buku: Geliat Islam di Amerika Serikat

Penulis: Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A

Penerbit: Bumi Aksara

Tebal: 232 halaman

 

Diperkirakan sejak abad ke 16 sudah ada orang-orang Islam yang bermukim di AS. Gelombang imigrasi muslim terbesar ke AS terjadi pada akhir abad ke-19, ketika negeri asal mereka mengalami penjajahan dari negeri-negeri Barat.

Sejarahwan mencatat Islam masuk pertama kali ke AS melalui Amerika bagian Utara, yaitu Kawasan Arizona dan New Meksiko. Nama terkenal dalam catatan sejarah adalah Álvar Núñez Cabeza de Vaca, yang mungkin merupakan Muslim pertama yang memasuki Amerika Serikat. Dia datang ke Amerika sebagai  budak penjajah Spanyol pada abad ke-16. Seperti yang kita ketahui, tentara Arab-Islam menguasai Spanyol selama berabad-abad. Pada tahun 1520-an, banyak budak seperti de Baca dikirim ke Amerika untuk bekerja di berbagai lahan pertanian.

Sumber lain mengatakan bahwa imigran Muslim pertama ke Amerika berasal dari  Suriah, Yordania, Palestina, dan wilayah lain di Timur Tengah antara tahun 1875 dan 1912. Banyak umat Islam berimigrasi ke Amerika karena negara ini menjamin lebih banyak kebebasan, keterbukaan, dan hak asasi manusia lainnya.

Sejak tahun itu imigrasi yang terjadi di AS terus mengalami peningkatan, dan semenjak itu institusi dan sarana peribadan di AS semakin banyak dibangun, seperti mushola, masjid, sekolah Islam bahkan pesantren juga ada di sana. Salah satunya adalah Pesantren Nusantara yang didirikan oleh Ustadz Syamsi Ali dan menjadi pesantren pertama di AS.

Ada banyak alasan yang menjadikan Amerika serikat sebagai tempat favorit imigran dari timur khususnya. Salah satunya adalah sikap pemerintah dan citra AS yang terkenal dengan julukan negara yang menjunjung tinggi HAM tanpa melihat perbedaan suku, ras, agama ataupun warna kulit. Melihat ini masyarakat Muslim yang berada dibawah negri penjajahan mendambakan negeri ini untuk dijadikan tempat tinggal agar bisa mendapatkan kebebasan sehingg yang paling berkeinginan untuk pindah ke AS dari Timur Tengah ialah kaum yang masih terikat dengan suasana primordial perbudakan.

Ada juga komunitas non-budak tertarik memilih tinggal di AS karena menganggap negeri ini tidak menghalangi mereka untuk menjalankan agama Islam yang dianutnya. Bah- kan jika yang dijadikan ukuran adalah indeks kesejahteraan kemanusiaan, seperti terpenuhinya rasa aman, perlakuan secara adil dari negara, mutu pendidikan dan komunitas Perguruan Tinggi semakin menjanjikan, dan kesehatan rata-rata warga masyarakat, termasuk usia keberadaan generasi millenial yang dominan di sejumlah negara muslim, negeri AS sesungguhnya lebih islami dari sejumlah besar negeri muslim. Salah satu etnik yang termasuk kelompok ini adalah Turki

Indonesia sendiri di Amerika tidak mengalami tantangan yang mendalam untuk mengadakan kegiatan yang bersifat keagamaan, ini dikarenakan ideologi yang dibawa orang-orang Islam Indonesia adalah agama Rahmatan Lil Alamin, agama yang bersifat damai. Beberapa kegiatan yang dilakukan komunitas Indonesia di sana adalah membuka sekolah sabtu minggu, penyewaan public school, mengadakan forum pengajian di masjid-masjid yang ada di AS.

Kelompok turki juga sama seperti Indonesi tidak mengalami hambatan yang berarti bahkan mendapatkan bantuan dari AS dan dipercaya untuk memegang public school. Adapun Islam yang berasal dari Timur mendapatkan sedikit kesan ekslusif karena cara berpakaian dan bergaulnya.

Salah satu figure yang tidak bisa terlepas dari pembicaraan Islam di AS adalah Malcolm X yang juga memiliki nama Al-Hajj Malik Al Shabazz. Ia lahir pada tanggal 19 Mei 1925 dan wafat pada tanggal 21 Februari 1965. Meskipun ia hanya berusia relatif pendek (39 tahun) tetapi mampu melahirkan sebuah fenomena khusus bagi umat Islam AS. Ia seorang muslim yang berasal usul keluarga Afrika (Afro-American) dan amat aktif dalam pergerakan membela Hak Asasi Manusia (HAM).

Ia dikenal sebagai pembela hak asasi manusia karena sekaligus membela hak asasi dua komunitas minoritas di Amerika Serikat: hak asasi warga kulit hitam dan hak asasi minoritas Muslim. Ia tampak tak kenal takut dalam mengekspresikan hak asasi manusia di negaranya, dan mendapat dukungan luas dari kelompok kulit hitam Amerika (BA), termasuk non-Muslim. Malcolm X benar-benar orang yang luar biasa.

Aktivitas pergerakannya semakin intensif pada tahun 1965. Sekembalinya dari negara-negara Afrika dan Timur Tengah, ia kembali ke AS. Ia mendirikan Muslim Mosque, Inc. dan Organisasi Persatuan Afro-Amerika. Keyakinan Malcolm X berubah secara substansial dari waktu ke waktu, terutama ketika ia menjadi Juru Bicara Nation of Islam, yang mengajarkan supremasi kulit hitam dan memperjuangkan pemisahan kulit hitam dan putih. Malcolm X meninggalkan nama yang cukup disegani karena menjadi simbol perlawanan kelompok minoritas di AS.

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar